--> Skip to main content

TEKNIK MENULIS BERITA

 Jurnalisme seringkali disebut juga sebagai “literature in hurry,” kesusteraan yang terburu-buru.Apalagi dengan era sekarang ini The age of Information, tatkala tuntutan modern atas berita menjadi kian real time news!. Haruslah diakui bahwa pekerjaan jurnalistik ada unsur ketergesa-gesaan – kebutuhan akan kecepatan. Suatu peristiwa kini haruslah disampaikan secara cepat. Meskipun demikian,jika diperhatikan seksama,maka terlihat berita di media massa mengikuti sebuah pola tertentu. Tidak semua peristiwa dapat ditulis sebagai berita!
Untuk bisa menjadi berita, suatu peristiwa haruslah memenuhi kriteria tertentu atau atau dikenal sebagai nilai berita (News Values). Konsep berita dan kriteria umum nilai berita berlaku secara universal, artinya tidak hanya berlaku bagi surat kabar, tabloid atau majalah saja, tetapi juga bagi televisi, radio dan juga media on line internet. Berita ditulis dengan menggunakan teknik melaporkan ( to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu pada rumus 5W+1H. Pola Penulisan Piramida Terbalik Dalam teknik melaporkan, setiap wartawan atau reporter tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulisnya. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das sein) dan bukan bagaimana seharusnya (das sollen). Berita adalah fakta objektif. Sebagai fakta objektif,berita harus bebas dari intervensi siapapun. Itulah perlunya senantiasa bersikap jujur (sincerity). Tidak boleh memanipulasi, merekayasa fakta dan kebenaran. Wartawan harus memegang prinsip ini sampai kapan pun Ingatlah seorang jurnalis adalah seorang reporter/pelapor. Seorang pelapor berarti harus objektif. Apapun yang dikatakan atau ditulisnya haruslah dapat dipercaya. Mengapa piramida terbalik? Peristiwa atau fakta yang terjadi di dunia itu begitu banyak, sementara waktu yang dimiliki reporter dan editor media massa sangatlah terbatas, maka dicari cara yang paling tepat untuk dan mudah untuk menuliskan atau melaporkan fakta-fakta tersebut. Cara itu disebut pola piramida terbalik (inverted pyramid), karena memang berbentuk piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif.kesimpulan dinyatakan lebih dulu pada paragraf pertama, baru kemudian disusul dengan paragraf penjelasan dan uraian yang lebih rinci. Paragraf pertama merupakan rangkuman fakta terpenting dari seluruh uraian kisah berita (news story). Dengan demikian, bila paragraf pertama merupakan pesan berita sangat penting, maka paragraf selanjutnya masuk dalam katagori penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting. Asumsi pola piramida terbalik: Memudahkan khalayak pembaca. Memudahkan reporter/editor memotong bagian berita yang tidak penting Memudahkan jurnalis dalam menyusun pesan/beritanya. Menghindari kemungkinan terlewatnya fakta/informasi yang penting. Berita Ditulis dengan Rumus 5W+1H Berita ditulis dengan rumus 5W+1H agar berita itu menjadi lengkap, akurat, sekaligus memenuhi standar jurnalistik. Dalam setiap peristiwa yang dilaporkan harus terdapat unsur dasar berita, yakni What (apa); Who (siapa); When (kapan); Where (di mana); Why (mengapa) dan How (bagaimana). Catatan: Rumus berita 5W+1H bermula dari sajak yang ditulis Rudyard Kipling, seorang novelis dan sastrawan Inggris semasa PD I yang juga penerima hadiah Nobel.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar