GRIFFIN DAN 'TRADISI KOMUNIKASI' CRAIG
Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik. Dalam Buku At first Look at Communication Theory karya EM Griffin edisi V (2003) dan edisi 6 ( 2005) soal tradisi Komunikasi ditempatkan pada Bab II dengan Tajuk Mapping the Territory. Sedangkan dalam edisi keempat Em Griffin (2000) soal tradisi komunikasi ditempatkan pada Bab III.
EM Griffin jelas terpengaruh pandangan Robert T Craig yang sejak Mei 1999 sudah mengusung soal ‘pemetaan’ Teori yang lebih komprehensif dalam artikel/makalah bertajuk : Communication Theory As a Field. Griffin baru memakainya pada tahun 2000 dalam bukunya At First Look At Communication Theory edisi 4. Sementara itu dalam pengantarnya pada edisi 4, Griffin menjelaskan bahwa dia sengaja menghilangkan 5 teori dan menambahkan empat teori baru yaitu : David Buller and Judee Burgoon’ s interpersonal deception theory, Scott Poole’s Adaptive structuration Theory, Byron Reeves and Clifford Nass’s media equation, dan Sandra Harding and Julia Wood’s standpoint theory.
Griffin juga menegaskan bahwa perubahan besar dan significant dari buku edisi III adalah Griffin mulai memasukkan bab ‘Mapping the Teritory’ yang memperkenalkan tujuh tradisi dalam bidang komunikasi berdasarkan pendapat Robert T Craig professor komunikasi dari Universitas Colorado. Sementara itu di edisi V ( 2003) Griffin melakukan revisi dalam bab-bab seperti Talk About Theory, Mapping the Teritory, Coordinated Management of Meaning (CMM), Narrative Paradigm, Adaptive Structuration Theory, Critical Theory of communication Approach to organization, Technological Determinism dan Agenda Setting Theory.
Griffin mengakui dalam edisi V ini dia tetap mempertahankan 32 teori yang sudah ada di edisi IV. Sedangkan di edisi VI (2006) Griffin menjelaskan perubahan penting dari buku edisi sebelumnya. “…the most striking changes I ve’ made in this edition concern theories of new media. I introduce Joe Whalter’s social information Processing… (page xviii). Teori ini terkait erat dengan internet, yaitu teori yang menjelaskan, memprediksi dan memberikan masukan soal ’interpersonal intimacy’ dalam dunia maya.
Dalam edisi VI ini, Griffin memberikan update version dari teori Elisabeth Noelle Neuman Spiral of Silence –sebuah teori yang berhubungan dengan Publoic Opinion. Griffin juga mempersilahkan para pembaca bukunya untuk mengakses situs : http://www.afirstlook.com bila menginginkan melihat teori-teori sebelumnya yang pernah ada pada edisi bukunya terdahulu.
Soal tradisi komunikasi Robert T Craig mengungkapkan tentang suatu visi bagi teori komunikasi yang memerlukan suatu langkah besar menuju penyatuan bidang-bidang yang ada. Craig berargumen bahwa bidang yang ada tidak akan pernah bersatu dengan adanya teori-teori yang disatukan. Teori-teori yang ada akan selalu merefleksikan perbedaan ide-ide praktis tentang komunikasi dalam kehidupan normal, sehingga kita memang akan selamanya dihadapkan pada berbagai macam pendekatan.
Kita tidak bisa bertujuan untuk mencari model standar. Namun, jika hal ini benar-benar terjadi, maka komunikasi akan menjadi satu bidang yang statis dan mati. Oleh karena itu, kita harus mencari sebuah koherensi berdasarkan :Pemahaman umum tentang perbedaan dan persamaan yang ada ataupun ketegangan menyolok diantara teori-teori yang ada.
Komitmen untuk meredam ketegangan tersebut lewat dialog. Craig mengatakan bahwa tujuannya semestinya bukan sebuah pernyataan yang tidak membutuhkan adu argumen, namun seharusnya lebih sebagai wahana kita untuk saling mengerti bahwa kita memang memiliki sesuatu yang sangat penting untuk diperdebatkan Jadi, dari sini kita memiliki 2 syarat untuk menjadikan teori komunikasi sebagai komunikasi sebagai sebuah bidang.
Syarat pertama adalah adanya sebuah pemahaman tentang persamaan dan perbedaan, tetapi kita harus memiliki sebuah ide umum tentang bagaimana dan kapan teori-teori tersebut bisa sependapat dan dan kapan serta bagaimana teori-teori tersebut berseberangan. Dan ini memang membutuhkan sebuah metamodel. Meta sendiri berarti bagian atas. Jadi sebuah metamodel berarti sebuah panutan dari seluruh model-model yang ada.
Syarat kedua untuk koherensi dalam bidang adalah definisi baru tentang teori. Teori seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah penjelasan dari sebuah proses, namun lebih sebagai sebuah pernyataan atau argumen yang sesuai dengan pendekatan khusus. Dengan kata lain, teori adalah suatu bentuk “wacana” lebih tepatnya, teori adalah sebuah wacana tentang wacana atau disebut disebut juga dengan metadiscourse.
Konsep kembar ini sangat penting karena dapat membantu anda dalam menentukan usaha macam apa yang sedang anda lakukan ini. Jika anda dapat menemukan satu metamodel yang dapat digunakan, maka kita mampu untuk menghubungkan teori-teori tersebut. Karena Teori komunikasi sebagai metadiscourse maka kita harus memahami nilai dari multi perspektif demi bidang tersebut.
Sebagai sebuah pemikiran dasar tentang metamodel, Craig mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusia, yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Bagaimana kita meng-komunikasikan pengalaman kita justru membentuk pengalaman kita. Craig menyarankan bahwa kita harus memindahkan prinsip yang sama ke tingkatan yang lain. Teori adalah bentuk khusus dari komunikasi. Sehingga teori membentuk pengalaman komunikasi. Teori berkomunikasi tentang komunikasi. Hal inilah yang dimaksud sebagai metadiscourse oleh Craig. Teori yang berbeda adalah cara berkomunikasi yang berbeda pula, dengan kata lain masing-masing bentuk memiliki batasan dan kuasa sendiri-sendiri.
Untuk kepentingan pengamatan di dalam satu bidang, kita harus mengenal kekuatan konstitutif dari teori yang ada dan mencoba menemukan satu cara mufakat dalam memahami untuk apa ada teori yang berbeda-beda dan bagaimana perbedaannya.
Craig menuliskan bahwa seluruh teori komunikasi yang ada benar-benar praktis karena setiap teori adalah respon terhadap beberapa aspek komunikasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap teori berusaha mempraktekkan bentuk-bentuk komunikasi yang ada. Jadi, dialog di dalam bidang itu, dapat difokuskan pada apa dan bagaimana teori-teori yang bervariasi itu menunjuk kepada dunia sosial dimana manusia hidup. Craig mendeskripsikan 7 hal pokok yang kemudian dianggap sebagai tujuh tradisi dalam teori komunikasi, yaitu : 1.) Retorika, 2.) Semiotis, 3.) fenomenologi, 4.) sibernetis, 5.) Psikologi sosialis, 6.) Sosiokultur, dan 7.) Kritis.
EM Griffin jelas terpengaruh pandangan Robert T Craig yang sejak Mei 1999 sudah mengusung soal ‘pemetaan’ Teori yang lebih komprehensif dalam artikel/makalah bertajuk : Communication Theory As a Field. Griffin baru memakainya pada tahun 2000 dalam bukunya At First Look At Communication Theory edisi 4. Sementara itu dalam pengantarnya pada edisi 4, Griffin menjelaskan bahwa dia sengaja menghilangkan 5 teori dan menambahkan empat teori baru yaitu : David Buller and Judee Burgoon’ s interpersonal deception theory, Scott Poole’s Adaptive structuration Theory, Byron Reeves and Clifford Nass’s media equation, dan Sandra Harding and Julia Wood’s standpoint theory.
Griffin juga menegaskan bahwa perubahan besar dan significant dari buku edisi III adalah Griffin mulai memasukkan bab ‘Mapping the Teritory’ yang memperkenalkan tujuh tradisi dalam bidang komunikasi berdasarkan pendapat Robert T Craig professor komunikasi dari Universitas Colorado. Sementara itu di edisi V ( 2003) Griffin melakukan revisi dalam bab-bab seperti Talk About Theory, Mapping the Teritory, Coordinated Management of Meaning (CMM), Narrative Paradigm, Adaptive Structuration Theory, Critical Theory of communication Approach to organization, Technological Determinism dan Agenda Setting Theory.
Griffin mengakui dalam edisi V ini dia tetap mempertahankan 32 teori yang sudah ada di edisi IV. Sedangkan di edisi VI (2006) Griffin menjelaskan perubahan penting dari buku edisi sebelumnya. “…the most striking changes I ve’ made in this edition concern theories of new media. I introduce Joe Whalter’s social information Processing… (page xviii). Teori ini terkait erat dengan internet, yaitu teori yang menjelaskan, memprediksi dan memberikan masukan soal ’interpersonal intimacy’ dalam dunia maya.
Dalam edisi VI ini, Griffin memberikan update version dari teori Elisabeth Noelle Neuman Spiral of Silence –sebuah teori yang berhubungan dengan Publoic Opinion. Griffin juga mempersilahkan para pembaca bukunya untuk mengakses situs : http://www.afirstlook.com bila menginginkan melihat teori-teori sebelumnya yang pernah ada pada edisi bukunya terdahulu.
Soal tradisi komunikasi Robert T Craig mengungkapkan tentang suatu visi bagi teori komunikasi yang memerlukan suatu langkah besar menuju penyatuan bidang-bidang yang ada. Craig berargumen bahwa bidang yang ada tidak akan pernah bersatu dengan adanya teori-teori yang disatukan. Teori-teori yang ada akan selalu merefleksikan perbedaan ide-ide praktis tentang komunikasi dalam kehidupan normal, sehingga kita memang akan selamanya dihadapkan pada berbagai macam pendekatan.
Kita tidak bisa bertujuan untuk mencari model standar. Namun, jika hal ini benar-benar terjadi, maka komunikasi akan menjadi satu bidang yang statis dan mati. Oleh karena itu, kita harus mencari sebuah koherensi berdasarkan :Pemahaman umum tentang perbedaan dan persamaan yang ada ataupun ketegangan menyolok diantara teori-teori yang ada.
Komitmen untuk meredam ketegangan tersebut lewat dialog. Craig mengatakan bahwa tujuannya semestinya bukan sebuah pernyataan yang tidak membutuhkan adu argumen, namun seharusnya lebih sebagai wahana kita untuk saling mengerti bahwa kita memang memiliki sesuatu yang sangat penting untuk diperdebatkan Jadi, dari sini kita memiliki 2 syarat untuk menjadikan teori komunikasi sebagai komunikasi sebagai sebuah bidang.
Syarat pertama adalah adanya sebuah pemahaman tentang persamaan dan perbedaan, tetapi kita harus memiliki sebuah ide umum tentang bagaimana dan kapan teori-teori tersebut bisa sependapat dan dan kapan serta bagaimana teori-teori tersebut berseberangan. Dan ini memang membutuhkan sebuah metamodel. Meta sendiri berarti bagian atas. Jadi sebuah metamodel berarti sebuah panutan dari seluruh model-model yang ada.
Syarat kedua untuk koherensi dalam bidang adalah definisi baru tentang teori. Teori seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah penjelasan dari sebuah proses, namun lebih sebagai sebuah pernyataan atau argumen yang sesuai dengan pendekatan khusus. Dengan kata lain, teori adalah suatu bentuk “wacana” lebih tepatnya, teori adalah sebuah wacana tentang wacana atau disebut disebut juga dengan metadiscourse.
Konsep kembar ini sangat penting karena dapat membantu anda dalam menentukan usaha macam apa yang sedang anda lakukan ini. Jika anda dapat menemukan satu metamodel yang dapat digunakan, maka kita mampu untuk menghubungkan teori-teori tersebut. Karena Teori komunikasi sebagai metadiscourse maka kita harus memahami nilai dari multi perspektif demi bidang tersebut.
Sebagai sebuah pemikiran dasar tentang metamodel, Craig mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusia, yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Bagaimana kita meng-komunikasikan pengalaman kita justru membentuk pengalaman kita. Craig menyarankan bahwa kita harus memindahkan prinsip yang sama ke tingkatan yang lain. Teori adalah bentuk khusus dari komunikasi. Sehingga teori membentuk pengalaman komunikasi. Teori berkomunikasi tentang komunikasi. Hal inilah yang dimaksud sebagai metadiscourse oleh Craig. Teori yang berbeda adalah cara berkomunikasi yang berbeda pula, dengan kata lain masing-masing bentuk memiliki batasan dan kuasa sendiri-sendiri.
Untuk kepentingan pengamatan di dalam satu bidang, kita harus mengenal kekuatan konstitutif dari teori yang ada dan mencoba menemukan satu cara mufakat dalam memahami untuk apa ada teori yang berbeda-beda dan bagaimana perbedaannya.
Craig menuliskan bahwa seluruh teori komunikasi yang ada benar-benar praktis karena setiap teori adalah respon terhadap beberapa aspek komunikasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap teori berusaha mempraktekkan bentuk-bentuk komunikasi yang ada. Jadi, dialog di dalam bidang itu, dapat difokuskan pada apa dan bagaimana teori-teori yang bervariasi itu menunjuk kepada dunia sosial dimana manusia hidup. Craig mendeskripsikan 7 hal pokok yang kemudian dianggap sebagai tujuh tradisi dalam teori komunikasi, yaitu : 1.) Retorika, 2.) Semiotis, 3.) fenomenologi, 4.) sibernetis, 5.) Psikologi sosialis, 6.) Sosiokultur, dan 7.) Kritis.