--> Skip to main content

MENCARI BAHAN BERITA

Dewasa ini informasi merupakan “komoditas primer” yang menjadi kebutuhan banyak orang, seiring dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, sehingga lazim dikatakan peradaban masa kini merupakan peradaban masyarakat informasi. Kemajuan informasi juga membuat dunia jurnalistik berkembang pesat, sehingga muncul pendapat umum “siapa yang menguasai informasi menjadi penguasa masa depan.
Hal itu berarati menjadi sumber kekuatan baru masyarakat. Bukan lagi uang yang berada di segelintir orang, melainkan informasi di tangan banyak orang. Mengingat begitu pentingnya informasi, peran wartawan pun menjadi semakin penting. Hal tersebut dapat terlihat dari tugasnya menginformasikan dan melaporkan fakta-fakta dari suatu peristiwa, pendapat atau opini dari tokoh terkait, hingga menuliskannya dalam bentuk berita untuk dipublikasikan. Apa yang dilakukan orang untuk membaca surat kabar, menonton teve, browsing internet dan mendengarkan radio adalah guna mencari informasi, yakni informasi yang cukup lengkap, sehingga memperoleh duduk perkara yang jelas. Disinilah peran wartawan dalam mencari bahan informasi yang berarti menjadi sangat penting. Kapabilitas dan kredibilitasnya menjadi pertaruhan. Ribuan informasi, bahkan jutaan informasi saat ini berlalu lalang dihadapan kita, mau tidak mau ada proses seleksi, dan akhirnya memilih. Inilah jasa media massa dalam memberikan informasi yang berarti bagi pembaca, pemirsa dan pendengarnya. Sekarang bagaimana wartawan memperoleh berita yang berarti atau berkualitas? Untuk memperoleh berita wartawan haruslah mencarinya, bahkan memburu informasi guna mendapatkan bahan berita. Secara sederhana bahan berita dapat diperoleh melalui sejumlah kegiatan, yaitu : Reportase Wawancara Riset Kepustakaan Internet Ad.1 REPORTASE Reportase merupakan kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke lapangan atau ke tempat suatu peristiwa terjadi. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian, lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Fakta dan data itu harus memenuhi unsur berita : 5W+1H. Peristiwa yang diliput haruslah juga memiliki nilai berita, yakni aktual, faktual, penting, menarik, unik, kedekatan, konflik/pertentangan, dampak dan seks. Peristiwa atau suatu kejadian itu sendiri umumnya terbagi dua, yaitu: a). Peristiwa yang terjadwal; seperti HUT, 17 Agustusan, jumpa pers, seminar, deklerasi. b). Peristiwa tidak terduga, seperti kebakaran, kecelakaan, kriminalitas dan bencana alam. Dalam melakukan peliputan, media biasanya menugaskan wartawannya mengacu dalam dua cara, yaitu Beat System dan Follow-up System. Dalam beat system, cara peliputan melalui wartawan yang berada di bidang liputannya masing-masing. Sedangkan follow-up system berupa tindak lanjut atau berita pengembangan. Dalam meliput wartawan juga harus memperhatikan hal-hal: Kode Etik Jusrnalistik : mengarahkan wartawan jadi professional. Cover Both Side/ News Balance : agar wartawan bertindak adil, tidak berat sebelah atau tendensius. Cek – Ricek : meneliti kebenaran data berulang kali sebelum menuliskannya. Doktrin Kejujuran : mendapatkan berita secara benar lebih penting daripada menjadi orang pertama yang menyiarkannya. Ad2. WAWANCARA/INTERVIEW Wawancara merupakan jendela informasi. Maka penting bagi wartawan untuk melakukan wawancara, karena wawancara merupakan salah satu cara untuk mencari berita di lapangan, baik berupa immaterial (berupa ide atau tanggapan) ataupun menjadi pokok berita. Seorang pakar komunikasi dari New York, AS, Josepf A DeVito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar” mendefinisikan wawancara sebagai bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi dari dua orang (atau lebih) melalui tanya jawab, guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan wawancara adalah untuk menggali sebanyak mungkin informasi, untuk meminta komentar/opini yang dalam. Wawancara merupakan bagian terpenting untuk menyusun suatu berita, feature atau biografi/profil agar dapat menjadi karya jurnalistik yang berbobot, hidup dan colourfull. Tidak semua wartawan sanggup melakukan wawancara dengan baik. Wawancara juga memerlukan teknik atau cara tersendiri untuk mendapatkannya. Sehingga wawancara merupakan pekerjaan khusus dengan syarat-syarat khusus pula. Disini wawancara menjadi suatu seni tersendiri agar narasumber bersedia memberikan keterangan selengkap mungkin. Wawancara yang sukses bergantung pada sikap, keseimbangan pengetahuan dan persiapan yang matang.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar