Berbahasa Untuk Media Masa
BERBAHASA   UNTUK MEDIA MASSA
            Bagaimana bisa  ada  bahasa  ?  Bagaimana  seseorang  melalui  ucapan  sederetan  kata,  berkata  sesuatu,  diucapkan  atau  ditulis,   dapat  menyampaikan  sesuatu  ? Adalah  sesuatu  yang  luar  biasa  bahwa  seseorang  bisa  memahami  kalimat  yang  belum  pernah  dialami sebelumnya.
           
Wittgenstein  menemukan  solusinya  pada pemikiran  tentang  kalimat  dan  realitas. 
Kalimat yang berkata sesuatu (preposisi) seharusnya adalah kalimat yang menunjukkan “potret realitas “ atau potret logika. Di dalam potret rea;lityas ini,. Kata adalah substitusi dari obyek sederhana. Dan selanjutnya cara kata bergabung di dalam kalimat harus mendcerminkan cara benda bertautan di dalam realitas. Menurut pemikiran ini, semua kalimat yang memiliki arti seharusnya dapat dianalisis kE dalam kalimat dasar sederhana yang ‘memotret” fakta sederhana di dunia. Dengan demikian, kalimat itu menunjukkan suatu situasi di dunia. Bahasa yang lengkap akan cukup mengeksprEsikan setiap kebenaran yang mungkin tentang dunia. Adalah tugas para penullis untuk memastikan dari kemungkinan benar itu adalah sungguh-sungguh benar. Dalam konteks ini, menurut pemikiran Wittgenstein, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. Ini artinya, manusia sendiri dengan bahasanya adalah batas dari pemikiran manusia. Dari pemikiran ini, tampak kalimat bahasa dapat dipahami oleh orang lain apabila kalimat itu merupakan potret realitas di dunia yang disampaikan dalam format logika. Makin jelas potret itu bagi pendnegar atau pembacanya, maka makin paham pula merteka akan kalimat yang diucapkan oleh pembicara atau yang ditulis oleh penulis Ketrampilan menulis memerlukan latihan yang cukup banyak serta perhatian yang cukup besar terhadap logika yang dianut bersama antara penulis dan pembaca, Dengan kata lain, sebuah tulisan baru dapat dipahami jika antara penulis dan pembaca mempunyai skemata yang sama. HAPPY WRITING (Makalah Penulisan LPJA)
Kalimat yang berkata sesuatu (preposisi) seharusnya adalah kalimat yang menunjukkan “potret realitas “ atau potret logika. Di dalam potret rea;lityas ini,. Kata adalah substitusi dari obyek sederhana. Dan selanjutnya cara kata bergabung di dalam kalimat harus mendcerminkan cara benda bertautan di dalam realitas. Menurut pemikiran ini, semua kalimat yang memiliki arti seharusnya dapat dianalisis kE dalam kalimat dasar sederhana yang ‘memotret” fakta sederhana di dunia. Dengan demikian, kalimat itu menunjukkan suatu situasi di dunia. Bahasa yang lengkap akan cukup mengeksprEsikan setiap kebenaran yang mungkin tentang dunia. Adalah tugas para penullis untuk memastikan dari kemungkinan benar itu adalah sungguh-sungguh benar. Dalam konteks ini, menurut pemikiran Wittgenstein, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. Ini artinya, manusia sendiri dengan bahasanya adalah batas dari pemikiran manusia. Dari pemikiran ini, tampak kalimat bahasa dapat dipahami oleh orang lain apabila kalimat itu merupakan potret realitas di dunia yang disampaikan dalam format logika. Makin jelas potret itu bagi pendnegar atau pembacanya, maka makin paham pula merteka akan kalimat yang diucapkan oleh pembicara atau yang ditulis oleh penulis Ketrampilan menulis memerlukan latihan yang cukup banyak serta perhatian yang cukup besar terhadap logika yang dianut bersama antara penulis dan pembaca, Dengan kata lain, sebuah tulisan baru dapat dipahami jika antara penulis dan pembaca mempunyai skemata yang sama. HAPPY WRITING (Makalah Penulisan LPJA)
 
