SEJARAH KUNO FOTOGRAFI
Fotografi adalah hasil upaya manusia yang berawal dari melihat fenomena alam. Dari rasa takjub berubah menjadi pertanyaan “mengapa ya?”. Maka dalam catatan sejarah terlihat upaya manusia selalu mencari jawaban-jawaban yang mengarah kepada kesempurnaan.
Teknologi fotografi sebagaimana penemuan teknologi lainnya, listrik dan telepon misalnya, telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berguna bagi peradaban manusia. Yaitu bahasa visual.
Fotografi menjadi bahasa yang universal yang dipergunakan oleh manusia di seluruh dunia untuk berkomunikasi. Sesuatu yang membuat bentuk komunikasi lebih mudah dimengerti, jelas, konkrit, dan indah. Berikut ringkasan sejarah perkembangan teknologi fotografi: Abad 5 SM Seorang pria bernama Mo Ti (Cina) mengamati sebuah fenomena alam. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terpantulkan objek di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Abad 10 Seorang pria Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan kejadian yang sama pada tenda miliknya yang bolong. Abad 14 Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera. Tahun 1558 Battista Delta Porta, dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut didasari pada penemuan-penemuan da Vinci. Obscura Camera Awal abad 17 Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Masalah yang belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia, setelah gambar-gambar terekam agar permanen. Tahun 1727 Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas. Tahun 1824 Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang dengan berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya pria Perancis bernama Joseph Nicephore Niepce, seorang lithograf berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan menggunakan sejenis aspal (yang disebutnya Bitumen of judea) sebagai bahan kimia dasarnya. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji. Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari. Tahun 1827 Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya, Joseph Nicephore Niepce berjumpa dengan Louis Jacques Mande Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera. Tahun 1829 Joseph Nicephore Niepce resmi bekerja sama Louis Jacques Mande Daguerre untuk mengembangkan temuannya yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis. Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia. 7 Januari 1839 Pengumuman resmi penemuan teknologi fotografi diumumkan keseluruh dunia oleh Perancis. Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. 25 Januari 1839 William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif ( bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contact print (cetakan yang dibuat tanpa pembesaran/pengecilan) dan dapat diperbanyak Juni 1840 Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negative di atas kertas. Oktober 1847 Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas Januari 1850 Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer denga sebutan WET-PLATE Fotografi.Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal. Juni 1888 George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Slogannya yang terkenal "you press the button, we do the rest,". Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa. Tahun 1901 Seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen. Tahun 1940 Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik. Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja. Tahun 1947 Edwin H. Land ( USA) meluncurkan teknologi Instant Photography (Polaroid). Suatu sistem pemotretan yang hasilnya dapat dilihat dalam waktu 60 detik dari saat shutter release di pencet. Tahun 1991 Perusahaan Kodak dari (USA) adalah pelopor kamera digital dengan meluncurkan produk Kodak DCS 100 tahun 1991dan DCS 200 tahun 1992. DCS 100 adalah kamera Nikon F-3 yang bagian belakangnya diganti dengan pengolah digital. DCS 100 hanya berkemampuan rekam 1,5 megapixel. DCS 200 yang muncul setahun setelah DCS 100 mempunyai penyempurnaan dalam ukuran hard disk yang mencapai 80 megabyte. Dengan hard disk ini, sekali memotret bisa didapat maksimal 50 gambar.
Fotografi menjadi bahasa yang universal yang dipergunakan oleh manusia di seluruh dunia untuk berkomunikasi. Sesuatu yang membuat bentuk komunikasi lebih mudah dimengerti, jelas, konkrit, dan indah. Berikut ringkasan sejarah perkembangan teknologi fotografi: Abad 5 SM Seorang pria bernama Mo Ti (Cina) mengamati sebuah fenomena alam. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terpantulkan objek di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Abad 10 Seorang pria Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan kejadian yang sama pada tenda miliknya yang bolong. Abad 14 Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Seandainya tulisan da Vinci dipublikasi, kemungkinan ia dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera. Tahun 1558 Battista Delta Porta, dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui buku tentang Camera Obscura yang dipublikasikannya. Kemungkinan karyanya tersebut didasari pada penemuan-penemuan da Vinci. Obscura Camera Awal abad 17 Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan lama. Masalah yang belum bisa diatasinya ialah menghentikan proses kimia, setelah gambar-gambar terekam agar permanen. Tahun 1727 Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas. Tahun 1824 Setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang dengan berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya pria Perancis bernama Joseph Nicephore Niepce, seorang lithograf berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut FOTO (tak menggunakan kamera), melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograf) dengan menggunakan sejenis aspal (yang disebutnya Bitumen of judea) sebagai bahan kimia dasarnya. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji. Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari. Tahun 1827 Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya, Joseph Nicephore Niepce berjumpa dengan Louis Jacques Mande Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketetrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera. Tahun 1829 Joseph Nicephore Niepce resmi bekerja sama Louis Jacques Mande Daguerre untuk mengembangkan temuannya yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis. Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia. 7 Januari 1839 Pengumuman resmi penemuan teknologi fotografi diumumkan keseluruh dunia oleh Perancis. Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. 25 Januari 1839 William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya (tepatnya tahun 1834) berupa proses fotografi moderen kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif ( bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang sekarang kita istilahkan : Contact print (cetakan yang dibuat tanpa pembesaran/pengecilan) dan dapat diperbanyak Juni 1840 Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga menghasilkan negative di atas kertas. Oktober 1847 Abel Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas Januari 1850 Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham, memperkenalkan penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer denga sebutan WET-PLATE Fotografi.Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal. Juni 1888 George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasil penelitiannya sejak 1877. Slogannya yang terkenal "you press the button, we do the rest,". Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera (berisi film) dikirim ke perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru. Berbeda denga kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa. Tahun 1901 Seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen. Tahun 1940 Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik. Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja. Tahun 1947 Edwin H. Land ( USA) meluncurkan teknologi Instant Photography (Polaroid). Suatu sistem pemotretan yang hasilnya dapat dilihat dalam waktu 60 detik dari saat shutter release di pencet. Tahun 1991 Perusahaan Kodak dari (USA) adalah pelopor kamera digital dengan meluncurkan produk Kodak DCS 100 tahun 1991dan DCS 200 tahun 1992. DCS 100 adalah kamera Nikon F-3 yang bagian belakangnya diganti dengan pengolah digital. DCS 100 hanya berkemampuan rekam 1,5 megapixel. DCS 200 yang muncul setahun setelah DCS 100 mempunyai penyempurnaan dalam ukuran hard disk yang mencapai 80 megabyte. Dengan hard disk ini, sekali memotret bisa didapat maksimal 50 gambar.