MEMBUAT TERAS (LEAD) KARKHAS
Oleh Mulyo Sunyoto (ombudsman Antara)
Teras atau intro sebuah tulisan jurnalistik jenis "feature" alias karkhas harus lembut, "soft". Wartawan menulis karkhas, pertama-tama dan terutama, bukan untuk memberi kabar tapi menghadirkan kisah! Tapi, astagfirullah, teras karkhas kita kok masih sekeras tempurung kelapa. Tidak semua! Memang. Kita sudah tahu banyak soal teori menulis teras karkhas.
Tanpa harus menguraikan lagi konsep-konsep, saya langsung saja dedahkan perbandingan mana teras yang lunak dan yang pejal.Gerbang baja kelabu penjara di Ankara terbuka dan seorang perempuan muda dalam busana ala Barat muncul. Nalan Demircioglu berkata pelan pada sejumlah orang yang berkumpul di sana. " Suamiku meninggal untuk tujuan luhur."(A Hunger for Justice, Time 5/8/96)Teras di atas konkret, visual. Ada sosok yang jadi fokus, Demircioglu. Nanti kita bisa melihat kontrasnya pada teras karkhas kita: abstrak, dan terlalu bernafsu merangkum fenomena yang massal. Tak ada sosok, kecuali gerombolan manusia yang bernama masyarakat, umat. Bukan potret "close up" yang muncul tapi "long shot". Apa teras mesti berupa deskripsi visual? Jelas tidak! Bukankah ada 16 varian dalam menulis intro? Meski demikian, fokus dan segi personal perlu diperhatikan. Ini contohnya:Jika hidup sesungguhnya dimulai pada umur 40, aktris Jennifer Jason Leigh sedang lahir kembali sebagai penulis skenario dan sutradara dalam film barunya, "The Anniversary Party".(Actress Leigh finds new carrer as writer/director, Reuters 5/7/...)Tak ada deskripsi visual, tapi masih konkret karena ada aktris Leigh, bukan gerombolan "para aktris" misalnya.Satu contoh lagi yang sejenis--teras feature bisnis: Dengan tingkat pengangguran yang mencapai 35 persen di sekitar Bialogard, kota bagian utara Polandia, wiraswastawan Donat Krol tak bisa mengeluh kekurangan tenaga kerja yang rajin. (Polish town losing battle against unemployment, Reuters 28/5...)Lead berikut cukup impresif tapi tak istimewa karena mengadung diksi ajektiva yang tak bisa dipegang tolok ukurnya.Perempuan yang sempurna akan memiliki hidung Nicole Kidman, mata Winona Ryder, bibir Kim Basinger, dagu Sandra Bullock, pipi Jennifer Lopez dan tubuh Salma Hayek.(Plastic surgeon survey reveal Hollywood hottest looks, Reuters 9/3...)Yang ini lead dari feature berjudul Us and Then, Far Eastern Economic Review, 12/2/98): Fadli Zon punya visi. Mantan aktivis kampus itu membayangkan warga Jakarta mengayuh sepeda pelahan di Jalan Thamrin, kawasan yang sering macet oleh kendaraan bermotor. Alih-alih berbusana modern, mereka akan mengenakan sarung dari kain kasar. "Bila perlu, kami akan mundur 10 sampai 15 tahun," katanya bergelora. Ini teras dari Pergumulan Menjadi Warga Dunia, Tempo 6/1/2002: Lembaran partitur itu berserakan di atas sebuah meja. Dengan hanya mengenakan sarung, di pelosok Cilandak di selatan Jakarta, Tony Prabowo mencipta.Catatan: di sini saya tidak menyinggung bentuk-bentuk teras yang belasan jumlahnya. Wartawan boleh memilih bentuk yang mana saja. Tapi, dia harus punya fokus, ada sosok yang spesifik. Syukur-syukur visual.
Tanpa harus menguraikan lagi konsep-konsep, saya langsung saja dedahkan perbandingan mana teras yang lunak dan yang pejal.Gerbang baja kelabu penjara di Ankara terbuka dan seorang perempuan muda dalam busana ala Barat muncul. Nalan Demircioglu berkata pelan pada sejumlah orang yang berkumpul di sana. " Suamiku meninggal untuk tujuan luhur."(A Hunger for Justice, Time 5/8/96)Teras di atas konkret, visual. Ada sosok yang jadi fokus, Demircioglu. Nanti kita bisa melihat kontrasnya pada teras karkhas kita: abstrak, dan terlalu bernafsu merangkum fenomena yang massal. Tak ada sosok, kecuali gerombolan manusia yang bernama masyarakat, umat. Bukan potret "close up" yang muncul tapi "long shot". Apa teras mesti berupa deskripsi visual? Jelas tidak! Bukankah ada 16 varian dalam menulis intro? Meski demikian, fokus dan segi personal perlu diperhatikan. Ini contohnya:Jika hidup sesungguhnya dimulai pada umur 40, aktris Jennifer Jason Leigh sedang lahir kembali sebagai penulis skenario dan sutradara dalam film barunya, "The Anniversary Party".(Actress Leigh finds new carrer as writer/director, Reuters 5/7/...)Tak ada deskripsi visual, tapi masih konkret karena ada aktris Leigh, bukan gerombolan "para aktris" misalnya.Satu contoh lagi yang sejenis--teras feature bisnis: Dengan tingkat pengangguran yang mencapai 35 persen di sekitar Bialogard, kota bagian utara Polandia, wiraswastawan Donat Krol tak bisa mengeluh kekurangan tenaga kerja yang rajin. (Polish town losing battle against unemployment, Reuters 28/5...)Lead berikut cukup impresif tapi tak istimewa karena mengadung diksi ajektiva yang tak bisa dipegang tolok ukurnya.Perempuan yang sempurna akan memiliki hidung Nicole Kidman, mata Winona Ryder, bibir Kim Basinger, dagu Sandra Bullock, pipi Jennifer Lopez dan tubuh Salma Hayek.(Plastic surgeon survey reveal Hollywood hottest looks, Reuters 9/3...)Yang ini lead dari feature berjudul Us and Then, Far Eastern Economic Review, 12/2/98): Fadli Zon punya visi. Mantan aktivis kampus itu membayangkan warga Jakarta mengayuh sepeda pelahan di Jalan Thamrin, kawasan yang sering macet oleh kendaraan bermotor. Alih-alih berbusana modern, mereka akan mengenakan sarung dari kain kasar. "Bila perlu, kami akan mundur 10 sampai 15 tahun," katanya bergelora. Ini teras dari Pergumulan Menjadi Warga Dunia, Tempo 6/1/2002: Lembaran partitur itu berserakan di atas sebuah meja. Dengan hanya mengenakan sarung, di pelosok Cilandak di selatan Jakarta, Tony Prabowo mencipta.Catatan: di sini saya tidak menyinggung bentuk-bentuk teras yang belasan jumlahnya. Wartawan boleh memilih bentuk yang mana saja. Tapi, dia harus punya fokus, ada sosok yang spesifik. Syukur-syukur visual.