--> Skip to main content

PELATIHAN BUAT PELATIH

Mudah Jadi Wartawan, Pers Kehilangan Kepercayaan BANYAK kelemahan wartawan dikupas habis dalam acara Penyegaran dan Pemantapan Pelatih Nasional PWI yang berlangsung 27-28 Agustus lalu di Hotel New Metro Semarang. Sebanyak 33 pelatih hadir mewakili 18 cabang PWI se-Indonesia. Sorotan utama diarahkan pada kebebasan pers di era reformasi yang menimbulkan sejumlah konsekuensi. Antara lain euforia penerbitan pers dan kebutuhan tenaga wartawan yang dipenuhi secara instan.
Kemudahan menjadi wartawan berakibat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pers. Jika kecenderungan ini tidak segera diatasi, sebagian besar media akan kehilangan kepercayaan publik. Tribuana Said dari PWI Pusat yang menyampaikan materi ''Training for An Objective'', menanggapi sinyalemen itu mengatakan, wartawan yang sudah ''jadi'' saja pada umumnya masih memiliki kelemahan mendasar dalam teknik jurnalistik, apalagi para wartawan baru. Kelemahan dasar itu terutama dalam teknik menulis berita dan penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik. Banyak berita jenis talking news, katanya, menunjukkan kualitas wartawan masih rendah. Karena itu, tambahnya, sasaran pendidikan dan pelatihan (diklat) wartawan perlu difokuskan untuk mengatasi dua kelemahan tersebut, sehingga kredibilitas pers terjaga dan profesi kewartawanan tetap dihormati. Biaya Besar Ketua PWI Pusat Tarman Azzam sebelum menutup acara itu mengakui, program pendidikan PWI belum mampu memenuhi kebutuhan peningkatan kualitas SDM anggotanya. ''Dengan jumlah anggota PWI sebanyak 14.000 orang, jelas dibutuhkan biaya yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas SDM mereka,'' katanya. Untuk itu ia meminta pemerintah menaruh perhatian pada pendidikan wartawan sebagai bagian dari pembangunan pers nasional. Dibanding masa Orde Baru, perhatian pemerintah sekarang dirasakan menurun. Tarman juga menyarankan pengurus untuk kreatif dan inovatif dalam mengelola bidang yang penting itu. Ia secara khusus memuji PWI Jateng yang berhasil menangani diklat wartawan lewat Lembaga Pendidikan Wartawan (LPW) PWI Jateng. Lembaga ini mampu mandiri dan sukses melatih 714 wartawan dan warga masyarakat hanya dalam 18 bulan sejak dilantik olehnya pada HPN Tingkat Jateng, 9 Maret 2006. Peserta juga mendapatkan penyegaran dari narasumber lain seperti Dr Nugroho dari Unnes, Wina Armada Sukardi (Dewan Pers), Indiwan Seto (Antara) dan Hendro Basuki (Suara Merdeka), serta A Zaini Bisri yang memaparkan kiat pengelolaan LPW PWI Jateng. Rekomendasi dari pertemuan para pelatih alumni training of trainee (TOT) di Bogor dan Batam itu, antara lain PWI Pusat segera menyempurnakan kurikulum dan panduan diklat dengan buku-buku referensi tentang pers yang lebih lengkap. PD/PRT PWI juga perlu mengakomodasi prioritas pendidikan wartawan dan cabang-cabang didorong mendirikan lembaga pendidikan wartawan.(Dicky Priyanto-77)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar