--> Skip to main content

BERITA TAK PERNAH BISA NETRAL

Sebuah berita yang muncul di sebuah surat kabar seringkali diandaikan sebagai sesuatu kebenaran yang factual karena harus berdasarkan fakta , Padahal tidak semua berita itu memang benar-benar ‘netral’. Isi media banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya ‘ideologi’ si wartawan, pandangan politik organisasi media, kepentingan pemegang saham atau pemilik media dan system politik Negara.

Sulit sekali menemukan sebuah teks berita benar-benar ‘netral’ dan tidak punya ‘bias’ atau kecenderungan berpihak pada kepentingan-kepentingan tertentu di luar teks. Bahkan kaum penganut aliran media kritis melihat bahwa adakalanya media massa merupakan cerminan dari kekuatan-kekuatan besar yang tengah bertarung, media sering dijadikan alat-alat bagi kekuasaan entah mayoritas atau minoritas untuk menciptakan public opini yang sesuai dengan kepentingan tertentu.

Kalau anda beranggapan bahwa semua berita adalah semua kebenaran, mungkin anda terlalu yakin terhadap ‘fungsi & peranan’ ideal sebuah media massa yang punya fungsi mendidik, mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjunjung tinggi etika professionalism. Tapi dalam banyak hal, dalam banyak kasus, Terkadang soal kebenaran isi media massa masing sangat ‘debatable’. Masih sangat mungkin diperdebatkan kebenarannya. Sejumlah ahli Komunikasi seperti Gans (1979) dan Gitlin ( 1980) mengelompokkan sejumlah pendekatan terhadap isi media. Di antaranya adalah:
  1. Isi merupakan refleksi dari kenyataan sosial dengan sedikit bahkan dengan tidak adanya distorsi. Ini disebut juga sebagai pendekatan ‘cermin’ (the mirror approach) yang mengasumsikan bahwa apa yang dihasilkan oleh media ( isi media) adalah cerminan kenyataan atau realitas sosial yang ada di tengah masyarakatnya. Ini bisa diartikan bahwa untuk melihat apa yang tengah terjadi dan sedang ‘in’ di tengah masyarakat, lihat saja apa yang disiarkan di televisi, apa yang tengah diramaikan dalam debat-debat di radio atau tercetak dalam iklan serta berita surat kabar.
  2. Isi media dipengaruhi oleh pengalaman dan wawasan sosial para pekerja media dan sikap-sikap mereka.
  3. Isi media sangat dipengaruhi oleh kebiasaan wartawan dalam menulis berita atau cara kerja ‘style book’ organisasi media. Istilah yang umum dalam kajian Komunikasi adalah ‘media routines’. Pendekatan organizational routines berargumen bahwa isi media dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana pekerja media dan perusahaan media mengorganisasikan pekerjaan mereka. Sebagai contoh, gaya penulisan Kompas tentu saja berbeda dengan gaya penulisan Rakyat Merdeka atau Lampu Merah.
  4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial yang lain dan kekuatan-kekuatan di luar media massa. Pendekatan ini melihat bahwa media massa sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal atau faktor-faktor lain di luar organisasi media seperti kekuatan ekonomi & politik, serta pengaruh audiens. Pendekatan market misalnya, adalah upaya komunikator yang berupaya menyesuaikan isi medianya dengan apa yang dibutuhkan (sesuai kondisi pasar) oleh audiens yang jadi pelanggan, pembaca atau pemirsanya.
  5. Isi media sangat dipengaruhi oleh ideologi yang dianut atau menguasai masyarakat di sekitar media tersebut berada. Misalnya, media massa yang hidup di tengah Negara yang otoriter dan sangat ketat dalam pengawasan media akan berbeda dalam menyajikan isi berita atau penampilannya. Ini terlihat di era Orde baru, yang sangat menjunjung tinggi kekuasaan Negara dan militer membuat sejumlah media massa berhati-hati dalam menulis berita-berita yang terkait dengan ‘Cendana’ , ABRI dan penguasa lainnya. Ketika Orde Baru runtuh dan diganti dengan zaman Reformasi yang hingga kini tak jelas juntrungannya, media massa Begitu bebasnya menyuarakan apa saja hingga akhirnya tak ada lagi sesuatu yang dianggap tabu dan terlarang untuk disuarakan.



Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar